|
Seperti tahun-tahun kemarin, tahun 2012
ini Libels juga mengadakan program student
exchange ke negeri koala, Australia. Program pertukaran pelajar ini dikenal
dengan sebutan “Bridge” . Penasaran gimana proses dan kegiatannya? Kali ini
kami mewawancarai Rizkita Marwa Harumadina, salah satu murid Libels yang ikut
Bridge tahun ini.
Pertama, sekolah
ngadain tes buat yang berminat ikut
‘Bridge’ ada sekitar 50-an anak yang terlihat memenuhi ruang tes yang dilakukan
di ruang Mat-1 dan Mat-2. Yang keterima nggak
lebih dari setengah pendaftar, 25 orang. “Alhamdulillah, keterima” kata Adin,
sapaan Rizkita.
Apa sih yang dipersiapkan?
“Pastinya mental dan biaya, soalnya kan
ini program mandiri untuk yang berminat dan yang mampu, ditambah latihan conversation lebih rutin”
|
Perbedaan-perbedaan pastilah ada
diantara Indonesia dengan Australia. Salah satunya, fasilitas yang lebih
lengkap dan area sekolah yang jauh lebih luas dari Libels. Oke, Libels aja udah
bisa dibilang sekolah luas di Surabaya, nggak kebayang kan segimana besarnya
Kormilda Collage? Kerennya, di Aussie ada perlengkapan yang digunakan untuk mengajar yang menarik, yaitu adalah
“Smart Board” sejenis proyektor yang bisa dicoret-coret mengunakan spidol khusus
dan tidak memerlukan laptop untuk memasukan data ataupun mengoperasikanya,
sungguh menarik bukan?!
“Tapi sepertinya, segi kurikulum di
sana lebih rendah, karena yang di sini kita pelajari di kelas satu, di sana
kita mempelajarinya di kelas 2” terang Adin.
Seragam
juga jelas berbeda, di Indonesia kita mengenal “seragam” sebagai pakaian formal
rapi yang wajib dikenakan waktu sekolah. Namun, di
Aussie,
yang namanya “seragam” lebih seperti mengenakan pakaian yang sama. Jadi
jenisnya nggak bisa dibilang formal, hanya pakai kaos dan celana olah raga
pendek sekolah. “Ya, kita kan budayanya berbeda sama Australia, jadi ya, di
sana baru merupakan hal yang aneh melihat kita yang berseragam formal seperti
ini.
Kegiatan
di sana lebih mengarah ke Pengenalan dan pengetahuan tentang Aussie itu
sendiri. Jadi di sana diajak berkeliling ke tempat-tempat wisata Aussie. Tapi
nggak Cuma jalan-jalan aja, perwakilan bridge kita juga ikut bersekolah. Di
sana, mereka mengikuti kelas sesuai dengan yang host-fam mereka lalui. Jadi kalau host-fam nya kelas 8, ya ikut pelajaran itu.
Yang surprised, ternyata bahasa kita dipelajari di negara asli kanguru
itu! Yak, di setiap sekolah diadakan kelas bahasa Indonesia yang tentunya
mempelajari bahasa kita.
“Waktu
di sana, kedatangan kita dijadikan seperti praktek langsung oleh native orang Indonesia sendiri” mereka
ditanya-tanyai sama murid di sana tentunya dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Di
Darwin, mereka diundang oleh konsulat Jenderal Indonesia untuk menampilkan
tarian-tarian adat khas budaya Indonesia
Kesan?
“Tentu saja menyenangkan, pengalaman berharga meskipun persiapannya banyak
banget.”
Berminat
untuk menjalani langsung pengalaman Adin? Program Bridge ini diadakan setahun
sekali, jadi, kesempatan selalu terbuka lebar untuk kita!(dnp)
Bendera yang serasi |
Perwakilan dari Aussie bersama tiga guru SMAN 15 |
Rizkita Marwa |
0 komentar:
Post a Comment