“Semua guru itu memberikan yang terbaik untuk kalian. Mungkin mendisiplinkan itu terasa pahit untuk murid, namun kedepannya akan menjadi baik.”
Lebih terkenal dengan panggilan Bu Cosmas. Beliau yang mempunyai nama asli Sih Murwani Tri Handayani ini sudah mengajar selama 24 tahun di Libels. Waktu yang tak bisa dibilang singkat bukan? Dalam 24 tahun mengajar siswa-siswi Libels, tentunya Bu Cosmas memiliki memori tersendiri tentang Libels.
“Dulu saya pertama kali masuk waktu ruang kelasnya masih 4, masih ada masuk pagi dan siang. Sampai sekarang Libels sudah sebesar ini.” Ujar beliau yang pernah mengajar di SMA Kr. Petra, Sidoarjo sampai tahun 1996 itu.
Kalau tentang muridnya?
“Kalau tahun dulu itu yang pinter ya menonjol, kalau tahun sekarang sih kemampuannya rata-rata sama, jadi tidak ada yang lebih menonjol. Mungkin itu dikarenakan jaman sekarang yang serba mudah.”
Bu Cosmas juga memiliki cerita tersendiri tentang hubungannya dengan murid asuhan terakhirnya, yaitu kelas
XI IPA 1. Beliau bercerita, jika dulu murid di kelas itu ada beberapa yang mengkhawatirkan, tidak kompak. Di dalam tugasnya sebagai wali kelas, beliau pun mengusahakan untuk merubah beberapa anak itu, dan akhirnya.. berhasil
“Kalau jadi wali kelas itu pasti berharap kelas asuhannya itu bisa kompak naik kelas semua atau ya lulus semua. Jangan sampai ada yang ketinggalan, nanti bisa keinget terus..” ujar Bu Cosmas di sela tawanya.
Rencana kedepan?
“Menjaga keturunan, memelihara anak cucu..” jawab Ibu dari 3 orang anak laki-laki itu.
Pesan dan kesan..
“Teman-teman pengajar itu harus kompak, kalau punya komitmen itu harus diataati dan dilaksanakan. Jangan sampai ada yang menentang, supaya kita bisa menjalankan bersama”
“Murid-murid, saat masuk kesini, apapun latar belakangnya, bisa menjadi anak yang baik, punya masa depan yang baik dan menjadi lulusan yang berkualitas. Tinggalkan masalah-masalah yang ada di rumah, jangan dibawa ke pelajaran. Masuk di Libels itu baik, keluar kuat. Meraih masa depan itu tidak mudah. Banyak hambatan, dan hambatan utama murid-murid itu kemalasan dan congkak”. Guru kelahiran Gombong, 19 Desember 1952 itu juga berpesan untuk tidak membeda-bedakan guru yang baik maupun yang galak.
“Semua guru itu memberikan yang terbaik untuk kalian. Mungkin mendisiplinkan itu terasa pahit untuk murid, namun kedepannya akan menjadi baik.”(cam&dnp)
0 komentar:
Post a Comment